Nilai Web Saya

Laman

Sabtu, 23 April 2011

Keutamaan Sayyidah Fathimah Az-Zahra as

895735_rose.jpg
Pada suatu hari ummul mukminin Aisyah berkata: “Rasulullah (pada waktu ajalnya sudah mendekat) berkata:“Wahai Fathimah! Apakah engkau tidak bahagia sebagai penghulu para wanita dua alam dan penghulu para wanita beriman?

——————————————————
Mengenal Keutamaan Sayyidah Fathimah Az-Zahra as
Oleh: Fathimah as-Segaff*
Pendahuluan
Keberadaan seorang figur bagi manusia adalah sebuah fitrah. Hal ini dapat dilihat dalam fase-fase kehidupan manusia mulai dari kanak-kanak, remaja sampai dewasa yang senantiasa mencari seorang model yang akan ia jadikan cermin bagi kehidupannya. Pada masa kanak-kanak karena ruang lingkup pergaulan terbatas, maka yang menjadi figur adalah orang yang ada di sekitarnya seperti; ayah, ibu, guru dan lainnya. Pada usia remaja dan dewasa, karena pengetahuan pengalaman dan pergaulan semakin bertambah, maka ada kemungkinan ia akan mencari model dan figur yang ideal baginya
Sebenarnya kebutuhan terhadap seorang figur adalah kembali pada fitrah cinta pada kesempurnaan, dengan kata lain manusia senantiasa mencari kesempurnaan dengan meniru prilaku serta tindak tanduk figurnya. Begitu besarnya pengaruh seorang figur, ia mampu menjadikan seorang manusia bahkan masyarakat menjadi baik atau buruk. Manusia sendiri, dikarenakan keterbatasannya, terkadang salah dalam memilih seorang figur. Untuk mengatasi hal ini Tuhanl, Pencipta yang mengetahui segala kebutuhan, memberikan seorang contoh agar manusia tidak salah dalam memilih seorang figur.
Berkenaan dengan Nabi Muhammad saww, Allah berfirman:“Dan pada diri Rasul terdapat tauladan yang baik”.(al-Ahzab: 21). Allah telah memperkenalkan Rasul sebagai tauladan dan figur bagi kita. Sementara Rasul memperkenalkan Sayyidah Fathimah pula sebagai tauladan. Akan tetapi mungkinkah kita dapat meneladani seseorang tanpa mengenali kepribadiannya, sebagaimana pepatah yang mengatakan,“tak kenal maka tak sayang”. Di sini kita akan mencoba mengenal setetes dari lautan kehidupan Bunda Fathimah az-Zahra as, karena kita tidak akan mampu mengenal sisi kehidupan beliau secara keseluruhan. Namun bukan berarti kita tidak berusaha untuk mengenalnya, seperti kaidah yang mengatakan “tidak dapat diketahui semuanya bukan berarti ditinggal semuanya”.
Siapakah Fathimah az-Zahra as?
Sayiddah Fathimah as adalah putri Rasulullah, dan Khodijah. Beliau lahir pada tanggal 20 Jumadits-Tsani tahun 5 Bi’sat di kota suci Mekkah. Beliau memiliki empat orang anak yang bernama: Hasan, Husain, Zainab dan Ummu Kultsum. Suami beliau adalah manusia mulia dan pribadi paling utama pada zamannya setelah Rasulullah yaitu Imam Ali as.
Beliau adalah penerus berlangsungnya keturunan Rasulullah. Ketika salah seorang musyrik mengatakan kepada Rasul: “Wahai abtar!” Rasul mengadukan hal tersebut kepada Allah. Lalu Allah menurunkan
surat al-Kautsar dan memberikan berita kepada Rasul bahwa akan terlahir darinya kebaikan yang sangat banyak yaitu Fathimah sebagai penerus generasi beliau. Beliau juga dikatakan sebagai ibu para imam, karena semua para imam terlahir darinya.[1] Fathimah memiliki 9 buah nama di antaranya yaitu: Fathimah, Shadiqah, Mubaraqah, Thaahirah, Zakiyyah, Raadziyah, Mardziyah, Muhadatsah.[2]

Beberapa Keutamaan Fathimah as
Banyak keutamaan-keutamaan Sayyidah Fathimah yang disebutkan dalam riwayat-riwayat. Dalam tulisan ini hanya dipaparkan beberapa riwayat yang menyebutkan keutamaan-keutamaan pribadi agung tersebut. Di antaranya sebagai berikut:
Sebab Penciptaan Alam Semesta
Pada saat Nabi Adam as belum tercipta, Allah swt telah menciptakan nur beberapa manusia suci. Mereka adalah Nabi Muhamad, Ali as, Hasan as dan Husain as. Dalam sebuah hadis Rasul bersabda: “Aku, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain bertasbih kepada Tuhan dibalik arsy-Nya dan para malaikatpun bertasbih mengikuti kami..”.
Inilah nama-nama orang ketika Tuhan berkata kepada Adam as: “Lihatlah ke atas arsy! Di
sana tertulis: Tiada Tuhan selain Allah Muhamad utusan Allah, Ali bin Abu Thalib pemimpin para mukmin, istrinya Fathimah adalah penghulu para wanita serta Hasan dan Husain adalah penghulu para pemuda surga”.

Lalu Nabi Adam bertanya, “Wahai Tuhanku! Siapakah mereka? Allah berfirman,“Mereka adalah keturunanmu, kalau tidak karena mereka maka tidak akan Aku ciptakan kamu”.[3]
Fathimah Bidadari Manusia
Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda:“Fathimah adalah bidadari surga yang berbentuk manusia, di kala aku merindukan surga maka aku akan menciumnya”.[4]
Penghulu para Wanita Dua Alam
Pada suatu hari ummul mukminin Aisyah berkata: “Rasulullah (pada waktu ajalnya sudah mendekat) berkata:“Wahai Fathimah! Apakah engkau tidak bahagia sebagai penghulu para wanita dua alam dan penghulu para wanita beriman?[5]
Wanita Surga Terbaik
Ibnu Abbas meriwayatkan hadis dari dimana Rasul di mana beliau bersabda: “Fathimah adalah wanita penghuni surga terbaik”.[6]
Parameter Kemurkaan Tuhan
Imam Ali as berkata: “Rasulullah suatu hari berkata kepada Fathimah: “Karena kemurkaanmu Allah menjadi murka dan karena keridhoanmu Allah menjadi ridho.”[7]
Keluasan Syafa’at Fathimah as
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa syafa’at beliau sangat luas sekali. Syafa’at beliau bukan hanya untuk para pencintanya tapi juga mencakup teman para pencinta beliau dan teman-teman para pecinta beliau.[8]
Dan hadis lain yang jumlahnya cukup banyak, seperti sabda Rasul: “Fathimah adalah bagian dariku”. Yang harus diingat, hadis-hadis kemuliaan beliau yang diriwayatkan Rasul bukan dikarenakan Rasul adalah ayahnya, lantas memuji-muji beliau. Hadis tersebut diucapkan bukan secara emosional, karena kita tahu apa yang diucapkan oleh Rasul semuanya berdasarkan wahyu sebagaimana yang tercantum dalam surat an-Najm ayat: 3.
Kelahiran Fathimah as
Sebagaimana keberadaan beliau adalah sosok yang agung, maka tidak mengherankan kalau kelahiran beliaupun berbeda dengan kelahiran lainnya. Beliau tercipta setelah ayahnya berpuasa empat puluh hari dan memakan jamuan buah-buahan surga yang dibawa Jibril. Setelah Rasul memakan buah tersebut, beliau diperintahkan Allah untuk menemui istrinya. Akhirnya Khadijah mengandung. Ketika dalam kandungan pun, Fathimah memperlihatkan kekhususan di mana beliau dapat berbicara dengan ibunya. Beliau bahkan menjadi teman sang ibu yang sedang bersedih akibat perkataan para wanita Quraisy yang menyalahkannya atas kesediaan menikah dengan si miskin dan yatim piatu, Muhamad.
Hal ini terbukti dari riwayat yang menyatakan bahwa pada suatu hari Rasul memasuki rumah, beliau melihat Khadijah berbicara dengan seseorang lantas beliau berkata:“Wahai Khadijah sedang berbicara dengan siapa? Beliau menjawab:“Aku berbicara dengan anak yang ada dalam kandunganku”.
Saat kelahiran beliau pun tiba, empat wanita teladan datang dan meperkenalkan diri sebagai utusan Tuhan untuk membantu Khadijah as melahirkan Fathimah as. Mereka adalah Sarah (istri Nabi Ibrahim), Asyiah (istri Firaun), Kulsumah (saudari Nabi Musa as) dan Maryam (ibu Nabi Isa as).[9]
Kecintaan Rasul pada Fathimah
Sebagaimana yang telah disinggung di atas bahwa kecintaan dan perhatian Rasul kepada Fathimah as bukan semata berdasarkan emosi seorang ayah terhadap anak, tetapi dikarenakan perintah Allah dan kelayakan pribadi Fathimah as itu sendiri. Hadis di bawah ini merupakan bukti kecintaan Rasul terhadap Fathimah yang tiada taranya. Ummul mukminin Aisyah berkata:
“Setiap kali Fathimah mengunjungi Rasul maka Rasul akan mengucapkan selamat dan sebagai penghormatan terhadap Fathimah beliau akan bangun dari tempat duduk, lalu mencium tangannya dan mendudukkan Fathimah di tempat duduknya”.
Demikian pula ketika Rasul hendak bepergian, maka orang yang terakhir melepas kepergiannya adalah Fathimah dan orang pertama yang dikunjungi Rasul setelah kembali dari bepergian adalah Fathimah, putri tercintanya.
Cinta Rasul kepada beliau tiada taranya, dan Rasul bersabda: “Fathimah bagian dari diriku, barangsiapa membuat dia marah, maka telah membuat marah diriku”. Begitu seringnya Rasul menampakkan kecintaan terhadap Fathimah as sehingga menyebabkan Aisyah Ummul Mukminin merasa iri terhadap Fathimah as, seraya berkata kepada Rasul: “Wahai Rasul kenapa engkau sering menciumnya…seolah-olah engkau ingin memberi makan madu padanya? Lalu Rasul menjawab: “Ya”, lalu beliau menceritakan peristiwa mi’raj dan mengatakan bahwa Fathimah tercipta dari buah surga.

Keutamaan Sayyidah Fathimah Az-Zahra as

895735_rose.jpg
Pada suatu hari ummul mukminin Aisyah berkata: “Rasulullah (pada waktu ajalnya sudah mendekat) berkata:“Wahai Fathimah! Apakah engkau tidak bahagia sebagai penghulu para wanita dua alam dan penghulu para wanita beriman?

——————————————————
Mengenal Keutamaan Sayyidah Fathimah Az-Zahra as
Oleh: Fathimah as-Segaff*
Pendahuluan
Keberadaan seorang figur bagi manusia adalah sebuah fitrah. Hal ini dapat dilihat dalam fase-fase kehidupan manusia mulai dari kanak-kanak, remaja sampai dewasa yang senantiasa mencari seorang model yang akan ia jadikan cermin bagi kehidupannya. Pada masa kanak-kanak karena ruang lingkup pergaulan terbatas, maka yang menjadi figur adalah orang yang ada di sekitarnya seperti; ayah, ibu, guru dan lainnya. Pada usia remaja dan dewasa, karena pengetahuan pengalaman dan pergaulan semakin bertambah, maka ada kemungkinan ia akan mencari model dan figur yang ideal baginya
Sebenarnya kebutuhan terhadap seorang figur adalah kembali pada fitrah cinta pada kesempurnaan, dengan kata lain manusia senantiasa mencari kesempurnaan dengan meniru prilaku serta tindak tanduk figurnya. Begitu besarnya pengaruh seorang figur, ia mampu menjadikan seorang manusia bahkan masyarakat menjadi baik atau buruk. Manusia sendiri, dikarenakan keterbatasannya, terkadang salah dalam memilih seorang figur. Untuk mengatasi hal ini Tuhanl, Pencipta yang mengetahui segala kebutuhan, memberikan seorang contoh agar manusia tidak salah dalam memilih seorang figur.
Berkenaan dengan Nabi Muhammad saww, Allah berfirman:“Dan pada diri Rasul terdapat tauladan yang baik”.(al-Ahzab: 21). Allah telah memperkenalkan Rasul sebagai tauladan dan figur bagi kita. Sementara Rasul memperkenalkan Sayyidah Fathimah pula sebagai tauladan. Akan tetapi mungkinkah kita dapat meneladani seseorang tanpa mengenali kepribadiannya, sebagaimana pepatah yang mengatakan,“tak kenal maka tak sayang”. Di sini kita akan mencoba mengenal setetes dari lautan kehidupan Bunda Fathimah az-Zahra as, karena kita tidak akan mampu mengenal sisi kehidupan beliau secara keseluruhan. Namun bukan berarti kita tidak berusaha untuk mengenalnya, seperti kaidah yang mengatakan “tidak dapat diketahui semuanya bukan berarti ditinggal semuanya”.
Siapakah Fathimah az-Zahra as?
Sayiddah Fathimah as adalah putri Rasulullah, dan Khodijah. Beliau lahir pada tanggal 20 Jumadits-Tsani tahun 5 Bi’sat di kota suci Mekkah. Beliau memiliki empat orang anak yang bernama: Hasan, Husain, Zainab dan Ummu Kultsum. Suami beliau adalah manusia mulia dan pribadi paling utama pada zamannya setelah Rasulullah yaitu Imam Ali as.
Beliau adalah penerus berlangsungnya keturunan Rasulullah. Ketika salah seorang musyrik mengatakan kepada Rasul: “Wahai abtar!” Rasul mengadukan hal tersebut kepada Allah. Lalu Allah menurunkan
surat al-Kautsar dan memberikan berita kepada Rasul bahwa akan terlahir darinya kebaikan yang sangat banyak yaitu Fathimah sebagai penerus generasi beliau. Beliau juga dikatakan sebagai ibu para imam, karena semua para imam terlahir darinya.[1] Fathimah memiliki 9 buah nama di antaranya yaitu: Fathimah, Shadiqah, Mubaraqah, Thaahirah, Zakiyyah, Raadziyah, Mardziyah, Muhadatsah.[2]

Beberapa Keutamaan Fathimah as
Banyak keutamaan-keutamaan Sayyidah Fathimah yang disebutkan dalam riwayat-riwayat. Dalam tulisan ini hanya dipaparkan beberapa riwayat yang menyebutkan keutamaan-keutamaan pribadi agung tersebut. Di antaranya sebagai berikut:
Sebab Penciptaan Alam Semesta
Pada saat Nabi Adam as belum tercipta, Allah swt telah menciptakan nur beberapa manusia suci. Mereka adalah Nabi Muhamad, Ali as, Hasan as dan Husain as. Dalam sebuah hadis Rasul bersabda: “Aku, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain bertasbih kepada Tuhan dibalik arsy-Nya dan para malaikatpun bertasbih mengikuti kami..”.
Inilah nama-nama orang ketika Tuhan berkata kepada Adam as: “Lihatlah ke atas arsy! Di
sana tertulis: Tiada Tuhan selain Allah Muhamad utusan Allah, Ali bin Abu Thalib pemimpin para mukmin, istrinya Fathimah adalah penghulu para wanita serta Hasan dan Husain adalah penghulu para pemuda surga”.

Lalu Nabi Adam bertanya, “Wahai Tuhanku! Siapakah mereka? Allah berfirman,“Mereka adalah keturunanmu, kalau tidak karena mereka maka tidak akan Aku ciptakan kamu”.[3]
Fathimah Bidadari Manusia
Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda:“Fathimah adalah bidadari surga yang berbentuk manusia, di kala aku merindukan surga maka aku akan menciumnya”.[4]
Penghulu para Wanita Dua Alam
Pada suatu hari ummul mukminin Aisyah berkata: “Rasulullah (pada waktu ajalnya sudah mendekat) berkata:“Wahai Fathimah! Apakah engkau tidak bahagia sebagai penghulu para wanita dua alam dan penghulu para wanita beriman?[5]
Wanita Surga Terbaik
Ibnu Abbas meriwayatkan hadis dari dimana Rasul di mana beliau bersabda: “Fathimah adalah wanita penghuni surga terbaik”.[6]
Parameter Kemurkaan Tuhan
Imam Ali as berkata: “Rasulullah suatu hari berkata kepada Fathimah: “Karena kemurkaanmu Allah menjadi murka dan karena keridhoanmu Allah menjadi ridho.”[7]
Keluasan Syafa’at Fathimah as
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa syafa’at beliau sangat luas sekali. Syafa’at beliau bukan hanya untuk para pencintanya tapi juga mencakup teman para pencinta beliau dan teman-teman para pecinta beliau.[8]
Dan hadis lain yang jumlahnya cukup banyak, seperti sabda Rasul: “Fathimah adalah bagian dariku”. Yang harus diingat, hadis-hadis kemuliaan beliau yang diriwayatkan Rasul bukan dikarenakan Rasul adalah ayahnya, lantas memuji-muji beliau. Hadis tersebut diucapkan bukan secara emosional, karena kita tahu apa yang diucapkan oleh Rasul semuanya berdasarkan wahyu sebagaimana yang tercantum dalam surat an-Najm ayat: 3.
Kelahiran Fathimah as
Sebagaimana keberadaan beliau adalah sosok yang agung, maka tidak mengherankan kalau kelahiran beliaupun berbeda dengan kelahiran lainnya. Beliau tercipta setelah ayahnya berpuasa empat puluh hari dan memakan jamuan buah-buahan surga yang dibawa Jibril. Setelah Rasul memakan buah tersebut, beliau diperintahkan Allah untuk menemui istrinya. Akhirnya Khadijah mengandung. Ketika dalam kandungan pun, Fathimah memperlihatkan kekhususan di mana beliau dapat berbicara dengan ibunya. Beliau bahkan menjadi teman sang ibu yang sedang bersedih akibat perkataan para wanita Quraisy yang menyalahkannya atas kesediaan menikah dengan si miskin dan yatim piatu, Muhamad.
Hal ini terbukti dari riwayat yang menyatakan bahwa pada suatu hari Rasul memasuki rumah, beliau melihat Khadijah berbicara dengan seseorang lantas beliau berkata:“Wahai Khadijah sedang berbicara dengan siapa? Beliau menjawab:“Aku berbicara dengan anak yang ada dalam kandunganku”.
Saat kelahiran beliau pun tiba, empat wanita teladan datang dan meperkenalkan diri sebagai utusan Tuhan untuk membantu Khadijah as melahirkan Fathimah as. Mereka adalah Sarah (istri Nabi Ibrahim), Asyiah (istri Firaun), Kulsumah (saudari Nabi Musa as) dan Maryam (ibu Nabi Isa as).[9]
Kecintaan Rasul pada Fathimah
Sebagaimana yang telah disinggung di atas bahwa kecintaan dan perhatian Rasul kepada Fathimah as bukan semata berdasarkan emosi seorang ayah terhadap anak, tetapi dikarenakan perintah Allah dan kelayakan pribadi Fathimah as itu sendiri. Hadis di bawah ini merupakan bukti kecintaan Rasul terhadap Fathimah yang tiada taranya. Ummul mukminin Aisyah berkata:
“Setiap kali Fathimah mengunjungi Rasul maka Rasul akan mengucapkan selamat dan sebagai penghormatan terhadap Fathimah beliau akan bangun dari tempat duduk, lalu mencium tangannya dan mendudukkan Fathimah di tempat duduknya”.
Demikian pula ketika Rasul hendak bepergian, maka orang yang terakhir melepas kepergiannya adalah Fathimah dan orang pertama yang dikunjungi Rasul setelah kembali dari bepergian adalah Fathimah, putri tercintanya.
Cinta Rasul kepada beliau tiada taranya, dan Rasul bersabda: “Fathimah bagian dari diriku, barangsiapa membuat dia marah, maka telah membuat marah diriku”. Begitu seringnya Rasul menampakkan kecintaan terhadap Fathimah as sehingga menyebabkan Aisyah Ummul Mukminin merasa iri terhadap Fathimah as, seraya berkata kepada Rasul: “Wahai Rasul kenapa engkau sering menciumnya…seolah-olah engkau ingin memberi makan madu padanya? Lalu Rasul menjawab: “Ya”, lalu beliau menceritakan peristiwa mi’raj dan mengatakan bahwa Fathimah tercipta dari buah surga.

Surat Cinta Imam Khomeini kepada Sang Istri

Surat cinta Khomeini muda kepada istri terkasih
oleh Saleh Lapadi pada 22 Februari 2011 jam 11:56
Dear kasihku…


Kupersembahkan jiwaku untukmu…

Saat ini, ketika aku diuji berpisah dari anak-anakku tersayang dan penguat hatiku, aku kemudian teringat padamu dan keindahan wajahmu yang terlukis di dalam cermin hatiku.


Kasihku…

Aku berharap semoga Allah senantiasa menjagamu dan memberikan kesehatan dan kebahagiaan dalam lindungan-Nya. Sementara untukku, segala kesulitan yang ada telah berlalu. Alhamdulillah apa yang terjadi sampai saat ini adalah kebaikan dan sekarang aku tengah berada di kota Beirut yang asri.[1]


Sejujurnya, ketiadaanmu di sisiku membuat perjalanan ini menjadi sepi. Dengan hanya melihat kota dan laut yang ada merupakan pemandangan yang sedap dipandang mata. Aku tak dapat menghitung betapa besar keharuanku ketika mengingat kekasihku tidak di sisiku menemaniku menatap pemandangan indah yang meresap di kalbu.


Dar har hal, malam ini adalah malam kedua aku menanti kapal yang akan membawa kami. Sesuai dengan ketentuan yang ada, keesokan hari akan ada kapal yang bertolak dari sini ke Jeddah. Sayangnya, karena kami agak terlambat sampai di sini  harus menanti kapal yang lain. Untuk saat ini apa yang harus dilakukan belum jelas. Aku berharap semoga Allah dengan belas kasih-Nya kepada kakek-kakekku yang suci, sebagaimana Ia mensukseskan perjalanan seluruh hamba-Nya untuk melaksanakan haji, memberikan kesempatan yang sama pula kepada kami.

Dari sisi ini aku agak sedikit sedih dan gelisah, namun Alhamdulillah kondisiku sehat bahkan semakin baik dan lebih meyakinkan. Sebuah perjalanan yang indah, sayangnya dan sekali lagi sayangnya, engkau tidak bersamaku di sisiku. Hatiku merindukan putramu (Sayyid Musthafa). Aku sangat berharap bahwa mereka berdua[2] senantiasa selamat dan bahagia di bawah lindungan dan bimbingan Allah swt.


Bila engkau menulis surat kepada ayahmu dan ibu serta nenekmu sampaikan salamku juga kepada mereka. Aku telah menyiapkan diriku menjadi pengganti ziarah kalian semua. Sampaikan juga salamku kepada adikmu Khanum Shams Afagh. Dan lewat adikmu sampaikan salamku kepada Agha Alavi. Sampaikan salamku kepada Khavar Sultan dan Rubabeh Sultan. Katakanlah kepada mereka tentang lembaran lain dari surat ini untuk disampaikan kepada Agha Syaikh Abdul Husein.


Semoga hari-hari kalian dilalui dengan panjang umur dan kemuliaan.


Duhai kasihku…


Belahan jiwaku…

Ruhullah saat ini bak gambar kosong yang sedang menanti keberangkatan yang tak kunjung datang.[3]


NB: Surat ini ditulis pada bulan Farvardin tahun 1312 H.S. (sekitar 77 tahun yang lalu) sambil menanti kelahiran putra keduanya.(Saleh L)
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More